Hai! Namaku Zharine Dyllana Aika. Panggilanku Ana. Suatu sore yang
indah, sehabis pulang sekolah, aku mendengar ayah dan bunda sedang
membicarakan sesuatu yang serius. Aku mengupingnya dari balik pintu
walaupun aku tahu itu sesuatu yang tidak baik.
“Bian, bagaimana jika Ana dan Billy tahu jika aku begini?” kata bundaku sedikit berbisik kepada ayah.
“Tenang Nadine. mereka tidak bakal tahu saat ini. Tetapi nanti, ketika kamu pergi” kata ayah.
A..apa? pergi? bunda mau kemana? di dalam hati, aku bertanya-tanya.
“Jika aku sudah pergi nanti apakah kau mau menikah lagi Bian?” tanya bunda.
“Tidak” kata ayah.
Menikah lagi? Apakah ayah selingkuh sama tante Gabriel yang selalu
datang kesini? aku masih penasaran. rasa ingin tahuku semakin meningkat.
Karena itu langsung kutanyakan. Aku keluar dari balik pintu. “Ayah,
bunda sakit apa?” tanyaku.
“Ana?” ayah tak percaya aku ada di sampingnya.
“Mmmmm… bunda sakit… Ana ayah tidak akan bertele-tele karena ayah tahu
kamu anak pintar. Bunda mengidap penyakit kanker serviks stadium akhir.
ayah harap kamu jangan sedih jika bunda pergi nanti.” jelas ayah.
Dhuarrr… bagai tersambar petir aku menangis.
Hari ini bunda jatuh pingsan. Keadaan bunda sangat memprihatinkan.
jarinya seperti ranting pohon, wajahnya pucat, dan rambutnya rontok.
Ayah membawanya ke rumah sakit. aku ikut. Sedangakan Billy, adikku
dititipkan ke Mbak jum tetangga sebelah. Sesampainya di sana bunda
dimasukan ke ruang ICU.
Setelah 1 jam setengah kira-kira lamanya dokter datang. Pertanyaan
bertubi-tubi melontar dari mulutku dan ayah. Sebelum dokter menjelaskan,
tanteku, tante Hilwa datang. “Pak, istri anda selamat. tetapi… bukan
saya mendahului yang maha pencipta, tetapi istri anda divonis akan
meninggal kira-kira 1 bulan lagi. Tetapi, kita serahkan saja kepada yang
maha pencipta.” jelas dokter itu.
Hari-hariku kini gelap gulita. temanku Vatin mencoba menghiburku.
Pada hari minggu, aku, Bella dan Vatin pergi ke rumah sakit untuk
menjenguk bunda. Sesampainya disana, aku masuk kamar bunda. Coba tebak
apa yang terjadi? bunda… bunda! tubuh bunda berguncang hebat. Busa dari
mulut yang tertutup selang oksigen penuh busa. Alat pendeteksi detak
jantung bertanda garis. Saat itu juga bunda menghembuskan nafas
terakhirnya. Aku tak tahu harus bilang apa. hanya menangis yang bisa
kulakukan. selamat jalan Bun!
Untuk bunda Nadine Alifa. Selamat jalan bun…
Cerpen Karangan: Zharine Dyllana Aika
Friday 5 September 2014
04:19
MR: Save
Unknown
Artikel Boleh Di Sebar Luaskan Dan Jangan Lupa Sertakan Link Sumbernya
Related Posts
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment
Tinggalkan Komentar anda di sini !